Teruntuk temanku. Si rasa lelah.
Hai teman,
aku tak begitu menyesal kita bertemu kali ini. Aku pun sadar kau tak bisa hilang begitu saja seberapapun aku bersikeras menghindarimu dengan kemalasanku. Dan bahkan kali ini aku senang. Setidaknya, kamu membuatku tersadar bahwa aku pasti sangat bergairah menjalani hidup ini sampai-sampai tubuhku protes.
Dan lagi, Tuhan selalu sangat baik padaku. Kurasa ia mempertemukan kita agar aku tau bahwa ini saatnya berhenti. Ini saatnya aku harus diam sejenak untuk merasakan bagaimana udara bergantian mengisi dan dilepas dari tubuhku. Untuk menikmati hujan, yang akhir-akhir ini sering datang melengkapi kegelapan langit. Untuk kembali menikmati percakapan antara hati dan otakku. Untuk sejenak membuka kembali peta dan mengevaluasi ulang arah yang ingin kutuju.
Kadang hal ini terlintas di benakku. Apakah aku menghentikan kesenanganku demi mengejar sesuatu yang ingin kutaklukan? Atau malah, justru kesenangankulah yang ada di balik kabut yang mungkin, aku sendiri juga tidak menyadarinya?
Ah, rasanya aku terlalu lama mengerahkan otakku bekerja. Kali ini aku ingin hatiku saja yang berbicara. Namun kemudian, mendengarkan juga bukan perkara mudah untuk dikerjakan. Apalagi ketika yang berbicara dan yang mendengarkan berada di satu tubuh yang sama.
Tapi baiklah, rasanya sekarang aku tau apa yang harus kulakukan. Aku hanya tak boleh membiarkan keraguanku menggunung melebihi tingginya keberanianku. Kiki yang ku kenal bukanlah seorang penakut yang suka bersembunyi di balik itu semua. Karena hidup terlalu sia-sia untuk menuruti rasa takut dan bersalah.. (: