Cara bertahan hidup dengan 26 barang dalam 2 bulan
Ceritanya, sebagai penganut gaya hidup minimalis, baru-baru ini saya sedang merasa kurang update karena baru tahu kalo ada yang namanya Project 333. Detil tentang project 333 bisa dibaca sendiri di tautan tersebut yaa. Tapi setelah dipikir-pikir lagi barulah saya sadar kalo sudah 2 bulan ini, saya sendiri justru bisa survive bahkan hanya dengan 26 barang saja! Keren saya dong yah? :b
Jadi setelah mengetahui project 333 tersebut, saya lantas tergerak untuk ikut menghitung barang-barang yang saya bawa sejak pindah ke Jakarta. Dan ternyata hanya ada 4 celana panjang, 1 celana pendek, 1 rok, 1 blazer, 1 jaket, 5 kemeja, 9 kaos, dan 3 baju tidur. Yang mana jika mengikuti aturan project 333, berarti yang dihitung cuma 4 celana panjang, 1 rok, 1 blazer, 1 jaket, 5 kemeja, 9 kaos, 1 backpack, 1 sling bag, sepasang sepatu, dan sepasang sandal. Which is, kalo dihitung ternyata cuma berjumlah 26 barang.
Saya jadi ikut terkejut juga. Nggak kerasa 2 bulan ini bisa bertahan hidup hanya dengan 26 barang tersebut. Padahal, saya ngerasanya sih normal-normal aja dan nggak terlalu merasa kekurangan sesuatu. Rupanya, setelah sekian lama mencoba menjadi seorang minimalist, sekarang saya sudah mulai terbiasa.
Masalah packing juga begitu. Banyak yang sering terkejut kalo liat barang bawaan saya yang serba ringkas ketika bepergian. Apalagi saya seorang perempuan yang notabene, banyak orang berpikir kalo barang bawaannya pasti bakal lebih heboh kalo bepergian._ But told you, I have my own packing mantra, you know_. (;
Jadi, gimana dong cara bertahan hidup dengan gaya para minimalis yang serba terbatas?
Sebenarnya, inti dari minimalism itu ada pada menyadari barang-barang mana yang memang memberi manfaat dalam hidup kita, dan sering pula kita gunakan. Setelah itu, tinggal singkirkan kelebihannya. Kemudian proses selanjutnya adalah untuk mendisiplinkan diri kita agar terbiasa dengan lebih sedikit pilihan dari biasanya. Dan disinilah ujian sebenarnya akan dimulai. Masalah membendung keinginan untuk membeli barang-barang lain itu akan menyesuaikan dengan sendirinya sesuai dengan proses kita mendisiplinkan kita sendiri. Karena memang untuk menjalani gaya hidup minimalis itu bukan one-night journey. The process will differ in each of us. Bisa saja kamu perlu penyesuaian lebih lama, atau bahkan mungkin lebih cepat. Yang pasti, prosesnya akan bergantung pada seberapa besar kita menyadadari arti barang-barang yang kita punya.