Simplify your mind!

over analyzed

Terlalu memikirkan sesuatu sebelum sesuatu tersebut benar-benar terjadi sungguh melelahkan. Over analyzed itu, sangat menguras banyak energi karena kita jadi mengeluarkan energi lebih untuk sesuatu yang bahkan bisa saja salah/tidak terjadi. Bahkan terkadang, yang bukan permasalah pun jadi kita pikirkan sebagai masalah karena over analyzed tadi.

Contohnya begini: Sehari sebelum hari pertama kerja, seseorang sedang sangat gelisah tentang apa yang harus dia lakukan besok pagi, harus bersikap seperti apa, bagaimana nantinya sikap rekan kerja barunya, harus bersikap bagaimana kepada atasan nantinya, dan segala pemikiran memusingkan lainnya. Lalu dia mulai mereka-reka jawaban untuk menjawab kegelisahan yang dia ciptakan sendiri. Dia sudah sangat siap dengan ekspektasi buruk dan cara menanganinya untuk besok hari. Padahal besoknya, dia cuma diberi office tour dan perkenalan pekerjaan juga lingkungan kerja barunya. Rencana mengatasi ekspektasi buruk yang semalam dia pikirkan sampai pusing pun ternyata tak terpakai sama sekali.

Mungkin rasanya senang dan lega karena semua bad expectations yang dipikirkan tidak terjadi. Tapi dilihat lagi ke belakang, waktu yang digunakan untuk memikirkan ekspektasi buruk yang pada kenyataannya bahkan tidak terjadi, terkadang membuat kita menyesal. Akan lebih baik, jika waktu tersebut digunakan untuk mempersiapkan hal-hal lain yang lebih penting.

Tapi selain menghabiskan energi, over analyzed sebenarnya juga bermanfaat sedikit sih. Ibaratnya seorang pengusaha yang memikirkan resiko sebelum menjalankan sebuah bisnis. Ini mungkin bisa meminimalisir kesalahan yang bisa jadi kita kerjakan. Tapi sungguh, energi yang dikeluarkan rasanya bisa berkali-kali lipat. Tinggal pertimbangan kalian saja, is it worth your energy?

Ini juga belaku dalam perspektif mengerjakan tugas. Sebut saja kalian diberi tugas X. Lalu kalian memikirkan, “saya kan nggak pernah melakukan tugas ini sebelumnya”, “tugas X kan bukan bidang saya”, “tugas X kan kayaknya susah banget. Temen-temen lain aja banyak yang gagal”, dan seterusnya. Banyak sekali pertimbangan-pertimbangan yang membuat kita justru semakin takut, lalu ragu untuk melangkah. Padahal pada akhirnya, dia pun berhasil mengerjakan tugas tersebut dengan caranya sendiri. Karena yang sebenarnya terjadi, tugas X ternyata bisa dipecah menjadi beberapa bagian lalu dikerjakan satu-persatu.

Over analyzed seperti itu, mungkin sering terjadi karena kita hanya berorientasi pada hasil akhirnya. Pada contoh tadi, si pelaku cuma berorientasi untuk mengerjakan tugas X secepatnya. Lalu waktu pun terbuang percuma untuk memikirkan kemungkinan buruk, padahal waktu tersebut bisa digunakan untuk mulai menyicil pengerjaan tugas tersebut. Sering mengalami? Tenang, saya juga bukannya lebih baik dari kalian kok. Saya pun masih sering mengalami over analyzed seperti yang saya contohkan diatas.

Tapi saya teringat pesan yang disampaikan mbak Isabella Wibowo (Account Manager Google Indonesia) di suatu kesempatan. Dia bilang, _simplify your mind! _Pemikiran buruk tadi terjadi karena pikiran kalian terlalu rumit. Padahal jika kita berfikir dengan simple, waktu tidak akan terbuang percuma untuk memikirkan pemikiran buruk seperti tadi.

Maka dari itu, saya akan jadikan ini pelajaran. Jangan liat masalah dari satu kata MASALAH. Yang kita butuhkan untuk menyelesaikannya adalah 7 huruf ini >  M-A-S-A-L-A-H. Bahkan, jika kita cermat, kita bisa menghemat dengan hanya membutuhkan 5 huruf, karena ada 3 huruf yang sama dalam satu kata tersebut. Kerja keras itu perlu, tapi kerja efisien itu lebih bagus. (;