Menjadi lebih bahagia dengan memisahkan pikiran

hiking-man-mountains-2967-977x550

Akhir-akhir ini saya sedang mengintai pikiran saya sendiri. Dibalik pendiamnya saya, ternyata pikiran saya sangatlah ribut dan tak pernah mau diam. Untuk menulis tulisan ini pun saya harus melakukan pemanasan dulu untuk memfokuskan pikiran saya sendiri. Apakah kalian pernah merasakan hal yang sama? Memikirkan terlalu banyak hal yang berimbas kita jadi kehilangan fokus? What happen in our brain, really?

Baru-baru ini saya membaca sebuah e-book menarik yang ditulis Mark Manson. Lewat buku tersebut saya mengenal konsep “The two minds”. Lalu apakah The Two Minds itu?

Untuk memahami konsep The Two Minds, coba pejamkan mata kalian dan berusahalah untuk tidak memikirkan apapun selama 30 detik. Setelah itu, lakukan hal itu lagi untuk kedua kalinya namun kali ini cobalah untuk mengenali pikiran apa yang muncul saat kalian mencoba untuk mengosongkan pikiran kalian dan coba hilangkan pikiran tersebut.

Sudah mencobanya? Jika sudah kemungkinannya adalah saat kalian mencoba untuk mengosongkan pikiran, berbagai macam pikiran malah muncul di otak kalian. Entah itu memikirkan sosok seseorang, atau memikirkan penyesalan tentang suatu hal, dll. Namun sadarkah kalian, bahwa saat pikiran kalian sedang memikirkan sesuatu, pikiran yang lain bisa mengenali apa yang sedang kalian pikirkan di waktu yang sama? Di percobaan kedua saat suatu pemikiran muncul di otak kalian, bagian lain dari pikiran kalian sadar bahwa kalian sedang memikirkan hal tersebut dan mencoba untuk menghilangkan pemikiran tersebut. That’s what we called as The Two Minds. Dalam Zen, mereka menyebutnya sebagai “The Thinking Mind” dan “The Observing Mind”.

It was your mind watching your mind.

The Thinking Mind adalah bagian dari pikiran kita yang terus bekerja memikirkan hal satu demi lainnya. Sedangkan Observing Mind adalah bagian dari pikiran kita yang mengawasi Thinking Mind. Dan saat kita tidak menggunakan Observing Mind yang kita miliki, maka Thinking Mind akan mengambil alih dan menenggelamkan kita pada hal yang sedang dipikirkan oleh Thinking Mind.

Banyak orang yang mengaku sulit menguasai pikirannya sendiri yang lalu menyebabkan timbulnya stress. Most of the time, itu disebabkan karena kita tidak bisa memisahkan Thinking Mind dan Observing Mind yang kita miliki. Mereka bergabung tanpa kita menyadarinya.

Walaupun secara umum kita tidak bisa mengendalikan pikiran, namun paling tidak kita masih bisa mengendalikan Observing Mind yang kita miliki. Caranya? Kenali pikiranmu sendiri. Saat bertemu hal yang memicu emosi negatif, cobalah kenali apa yang terjadi di pikiran_ (Thinking Mind)_ kalian dan jangan biarkan pikiran itu mengontrol emosi kalian. Biarkan pikiran kalian mengetahui jika kalian sedang merasakannya, namun jangan biarkan perasaan itu mengontrol emosi kalian.

Contohnya, saat mengalami suatu kejadian yang membuat kita marah, rasakan penyebabnya (which is popping up in our mind) lalu analisa pikiran tersebut. Biarkan kita menyadari penyebab kemarahan kita yang muncul dalam pikiran (Thinking Mind) kita, namun jangan biarkan T_hinking Mind_ mendominasi otak kita. Daripada menyebutkan jika “kita marah”, lebih baik menyebutkan bahwa “kita sedang merasakan kemarahan”. Teknik ini bukanlah untuk menyingkirkan kemarahan, namun untuk melatih diri kita menerima keadaan tersebut tanpa membuatnya mengganggu emosi kita.

Memisahkan Thinking Mind dan Observing Mind membantu kita mengurangi stress yang disebabkan pikiran yang tidak terkontrol. Walaupun untuk menjadikannya kebiasaan akan memerlukan waktu dan proses. Namun setelah kalian terbiasa memisahkan dua pikiran tersebut, akan lebih mudah untuk merasakan kebahagiaan karena kita akan terbebas dari emosi negatif.


Jika ingin berdiskusi lebih lanjut tentang topik The Two Minds ini, isi saja kolom comment di bawah atau mention saya lewat twitter!

Selamat memisahkan pikiran dan menjadi lebih bahagia! (: