[movie review] Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Memutuskan untuk menonton film ini hanya karena ia adalah satu-satunya film Indonesia yang diputar di bioskop XXI Semarang minggu ini. Expectation goes high karena judulnya saja tentang Kapal Tenggelam, apalagi liat jajaran pemain yang merupakan aktor-aktris papan atas semua.
Jadilah sepanjang film saya bertanya-tanya, “mana kapal tenggelamnya?.” Tapi boro-boro kapalnya tenggelam, kata-kata kapal Van Der Wijck-nya saja baru disebut di 3/4 film. Hahaa. :D
Tenggelamnya kapal Van der Wijck yang saya pikir bakalan menceritakan tentang kapal tenggelam, ternyata bercerita tentang kisah cinta antara Hayati (Pevita Pearce) dan Zainuddin (Herjunot Ali). Tapi karena adat, lamaran Zainuddin ditolak dan Hayati akhirnya menikah dengan seorang keturunan Minang asli bernama Aziz (Reza Rahadian). Meskipun ekspektasi tak terbayar, alunan drama di film ini berhasil membuai saya sepanjang 165 menit.
Setting tahun 1930-an berhasil diciptakan lewat pemilihan wardrobe, properti, dan pemilihan bangunan yang pas. Walaupun ada beberapa gaun yang dipakai Hayati (Pevita Pearce) yang bahannya menurut saya terlalu moderen (but I adore her wardrobe! haha). Tapi di beberapa adegan (racing car, and the party!), mengingatkan saya akan adegan di film The great Gatsby (2013). Mungkin karena setting waktu yang agak sama (1930 dan 1920an), jadi yaa dimaafkan lah ya. :D
The cast? No need to ask. Reza Rahadian berperan sangat apik seperti biasanya. Herjunot ali juga cukup mengesankan dalam memerankan Zainuddin (remind me of Gatsby. Ha!). Yang agak kurang menurut saya malah Pevita Pearce. Nggak ngerti kenapa, saya si liatnya peran dia agak plin plan ya. Kurang dalem aja memerankan seorang Hayati yang harus ninggalin kekasihnya dan dipaksa menikah dengan orang lain. Yang mengejutkan adalah, Randy Nidji yang surprisingly bisa akting dan berbahasa minang dengan lumayan lacar.
Ohya, saya perlu memuji Nidji lagi (kali ini Band-nya) untuk soundtrack yang begitu pas dan touching. Orkestra di lagu Sumpah dan cinta matiku sangat pas mendukung beberapa adegan. Juga beberapa lagu lain yang saya kurang tau judulnya. Well done!
Oke, sepertinya nggak pas kalo nggak bahas kapal Van Der Wijcknya ya? Seperti yang banyak orang sebut bahwa film ini adalah Titanic versi Indonesia, saya agaknya harus setuju. Adegan kapal di film ini memang sangatlah Titanic. Dari adegan dadah-dadahan antara penumpang di atas kapal dengan sanak saudaranya di bawah, deck kapalnya, sampai pas adegan tenggelam pun sama (minum kapalnya pecah jadi 2 ya). Mungkin benar teman saya, Tenggelamnya kapal Van der wijck = The great Gatsby + Titanic. But overall, I enjoy the drama (even buat nonton lagi pun saya mau. Haha). Yaa, 3,5 dari 5 deh.