Menjadi lebih baik

Akhir-akhir ini saya sering sekali mendengar kata ‘perubahan’. Well, saya merasa ini adalah kata yang sangat inspiratif. Karena sesuatu menjadi lebih baik atau lebih buruk lewat perubahan. Dan tanpa disadari, banyak hal yang saya pelajari dan terapkan setelah mengenal esensi kata tersebut. Let me tell my story.

Dahulu sewaktu SMP, saya rasa saya termasuk siswi yang rajin. Yeah, selalu berada di peringkat 5 besar dan tak pernah mendapat kesulitan besar dalam pelajaran. Masuk ke jenjang berikutnya, saya masuk ke salah satu SMK swasta di luar kota. Entah apa yang membuat saya ‘berubah’ kala itu. Saya menjadi si ignorance.

Yang jelas, saya berubah menjadi bukan lagi saya semasa SMP. Whenever I feel bad, I easily decide to skip class. Untungnya pada tingkat 3 saya menyadari kesalahan tersebut dan mulai melakukan ‘perubahan’ lagi. Mulai menata lagi kehidupan saya yang sudah saya ‘sia-siakan’ dua tahun terakhir.

Masa-masa menjelang lulus SMK termasuk masa berat bagi saya. Dengan semangat masa SMP saya yang kembali, saya harus menata masa depan berbekal 2 tahun yang saya sia-sia dan 1 tahun masa pemulihan. Okay, saya harus bersabar.

Saya mulai memilah tujuan masa depan yang benar-benar saya inginkan. Saya tipe orang yang tidak suka melakukan pekerjaan yang tidak saya sukai. Jadi, waktu menentukan masa depan pun yang saya pikirkan pertama adalah keinginan saya.

Dulu cita-cita saya di Sekolah Dasar adalah menjadi arsitek. Saya senang sekali melihat bangunan-bangunan indah dan membayangkan pasti rasanya menyenangkan menjadi seseorang dibalik pembuatan bangunan tersebut. Sampai SMK saya masih bertahan dengan cita-cita tersebut walaupun orang tua tidak pernah setuju.

Saat memilih-milih universitas itulah saya mulai sadar. Orang tua saya ada benarnya juga. Pekerjaan arsitek mungkin terlalu berat untuk seorang perempuan. Lalu saya pun beralih cita-cita menjadi desainer interior. Saya berfikir, toh tak terlalu jauh dari lingkup seni yang saya sukai.

Jadilah saya mencari-cari universitas yang cocok dengan cita-cita saya itu. Namun ternyata hanya segelintir universitas yang menyediakan jurusan tersebut. Baiklah, apapun jurusannya, yang penting mengandung kata ‘desain’ karena saya berpikir itulah bidang yang saya sukai.

Long story short, saya akhirnya diterima di satu universitas negri dengan jurusan Teknik Elektro dan satu universitas swasta dengan jurusan Teknik Informatika. Okay, this is maybe way too far from what I always want to be. Semuanya teknik karena saya memang lulusan SMK Teknik Telekomunikasi.

Saya sempat apply beasiswa ke Paramadina fellowship dan mengambil jurusan yang mungkin sama sekali tidak ada hubungannya dengan jurusan SMK saya - Desain Produk Industri. Dan pada akhirnya saya pun harus berlapang dada karena tidak masuk dalam daftar penerima beasiswa. Saya kembali menyalahkan 2 tahun waktu yang saya sia-siakan di SMK. Karena kriteria dari fellowship tersebut salah satunya adalah aktif di organisasi sekolah dan saya tak termasuk itu. Di tingkat 1 saya pernah menjadi sekertaris ekstra kurikuler komputer di sekolah saya namun itu terkalahkan oleh sikap ‘ignorance‘ saya yang kali itu mendominasi.

Fellowship ditolak, saya hanya punya 2 pilihan yang semuanya tak terlalu saya sukai. Apalagi teknik elektro. Way NO, man! Orang tua pun mendukung saya mengambil Teknik Informatika saja. Maka jadilah saya Mahasiswi Teknik Infomatika of a private university in Semarang. Well, sebelum memutuskan itu, saya masih bersikeras mengambil jurusan desain komunikasi visual yang ditawarkan pula di universitas tersebut. Tapi karena tak mau bertengkar banyak dengan orang tua, dan karena jurusan tersebut sebenarnya kurang saya sukai (I’m still into interior designing) maka saya mengalah.

Apa yang membuat saya bertahan di Teknik Informatika sebenarnya sangat simple. Saya hanya masih penasaran, bagian apa dari ilmu ini yang menarik bagi saya? Coding? Hell NO! Data base? Ergh, even I don’t like to learn it and it hell so confusing. Saat ini sebenarnya saya into web designing, but my heart still whispering ART, ART, and ART.

Kembali ke makna perubahan tadi ke hidup saya. Dunia blogging mungkin menjadi salah satu sumber inspirasi terbesar saya. Saya mulai sadar untuk ‘berubah’ sejak saya mengenalnya. Banyak sekali sosok inspiratif yang saya kenal melalui dunia ini. Sebut saja Diana Rikasari, Alodita, Alanda Kariza, Pandji, dll.

Tanpa sadar, saya pun mulai melangkah mengikuti mereka. Yang tadinya saya anggap masa muda adalah masanya untuk bersenang-senang, saya jadi berpikir bahwa masa muda adalah masa untuk bekerja keras agar tua nanti bisa beristirahat dan tinggal menikmati kerja keras sewaktu muda. Okay, kata-kata ini mulai terlalu mainstream.

Saya mulai mencoba bergabung di organisasi kampus, mulai bekerja sambilan, membuat sebuah komunitas bahkan bermimpi untuk mengadakan event bersama komunitas tersebut. Dan tanpa saya sadari pula, saya jadi suka berkompetisi. Yang awalnya saya hanya ngeblog tentang kejadian sehari-hari, saya jadi suka mengikuti kompetisi menulis. Walaupun belum pernah keluar sebagai pemenang, saya menikmati proses ini.

Jika menilik dua tahun yang saya sia-siakan dulu, saya sebenarnya tidak menyesal. Bahkan bisa dibilang, saya menikamati masa ‘pelarian’ tersebut. Karena tanpa merasakan bagaimana rasanya menyia-nyiakan waktu seperti dulu, saya tak akan menjadi seseorang yang sadar akan ‘kesempatan’ seperti sekarang.

Well, intinya I’m grateful for who I become now. Whatsoever the story behind it, which is bad and good, both are the things that makes me who I am now. ((: