Tetap bahagia selagi menghadapi masalah
Minggu kemarin saya telah membahas tentang pentingnya memenuhi kebutuhan emosional dan memberikan contoh bagaimana saya biasa memenuhi kebutuhan tersebut. Namun, pembicaraan tentang kondisi emosional tidaklah lengkap tanpa membahas hal yang mempengaruhinya yaitu tingkat stres. Yang mana seperti saya sebutkan di artikel minggu kemarin bahwa hal-hal yang mempengaruhi tingkat stres kita salah satunya adalah cara kita menangani situasi saat tidak berhasil memenuhi kebutuhan mental tersebut.
Agar lebih sederhana, situasi dimana kita tidak berhasil memenuhi kebutuhan mental selanjutnya akan kita sebut sebagai masalah. Masalah kadang menyebabkan stres saat espektasi kita akan sesuatu yang kita kira akan menimbulkan kebahagiaan malah tidak terwujud. Maka dari itu, masalah kadang membawa kita ke pemikiran bahwa hidup kita tidaklah berguna. Dan keadaan tersebutlah yang seringkali membuat kita membenci diri kita sendiri._ Which is, it’s not good for our mental health._
Masalah yang menumpuk biasanya menimbulkan kecemasan berlebihan serta sangat berpotensi meningkatkan tingkat stress kita. Saat mengalami keadaan tersebut saya biasanya melakukan beberapa hal berikut ini untuk mengatasinya :
Membuat daftar masalah
Saat merasakan kecemasan berlebihan, saya biasanya menulis daftar hal-hal apa saja yang membuat saya merasa cemas belakangan ini. Jadilah jujur dalam menuliskannya karena daftar inilah yang akan kita jadikan acuan untuk proses selanjutnya.Mengidentifikasi dugaan penyebab
Setelah menuliskan masalah-masalah yang saya hadapi, saya meninjau satu per satu untuk memperkirakan penyebabnya. Penyebab tersebut biasanya saya bagi 2. Yang berasal dari dalam diri saya, serta yang berasal dari luar.Merencanakan beberapa solusi/cara penyelesaian
Rencana solusi ini juga biasanya saya bagi 2. Jika penyebabnya berasal dari dalam, maka saya akan menuliskan hal-hal apa saja yang perlu saya perbaiki dan lakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Namun ketika penyebabnya adalah faktor eksternal, biasanya saya menganalisanya lebih dulu. Adakah hal yang bisa saya lakukan untuk mempengaruhi faktor eksternal tersebut sehingga bisa meringankan masalah saya? Jika dirasa sulit mempengaruhi faktor luar tersebut maka saya biasanya mengatasinya dengan self-acceptance. Dengan memberi pengertian ke diri sendiri, bahwa hal tersebut diluar dari kemampuan saya untuk diperbaiki. Menerima bahwa masalah ini hanyalah salah satu kerikil yang menghiasi kehidupan saya. Dengan begitu, perlahan kita akan berhenti menyalahkan diri sendiri untuk sesuatu yang diluar kemampuan kita.
Manusia adakalanya membuat keputusan untuk menyelesaikan masalahnya tanpa kesadaran emosional penuh sehingga kontrol dirinya juga tidak dikuasai secara maksimal. Menulis, akan membantu kita mengatasi masalah dengan kesadaran penuh.
Kesalahan lain yang juga banyak orang lakukan ketika menghadapi masalah adalah melebih-lebihkannya. Seakan dialah yang memiliki masalah terpelik yang pernah ada. Dirinya sendiri saja sudah berpikir bahwa masalah tersebut adalah hal yang sangat sulit untuk dihadapi, sehingga malah menyalahkan takdir yang membawanya ke masalah tersebut. There you go, you let your self to be miserable.
Secara paradoks, ketika seseorang yang merasa kurang percaya diri dan merasa tidak nyaman berbicara di depan umum mulai menerima keadaannya tersebut, saat itulah ia mulai merasa nyaman saat berada dalam situasi yang ditakutkannya tersebut. Penyangkalan bukanlah hal yang membantu penyelesaian masalah. Menerima keadaan justru seringkali membuat kita lebih mudah menghadapi suatu masalah.
Kemudian, hal lain yang membuat kita merasa lebih buruk ketika menghadapi masalah adalah karena kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Padahal, yang seharusnya kita lakukan adalah menyamakan diri kita dengan manusia lainnya. Orang lain mungkin juga sama seperti kalian, pernah diselingkuhi. Orang lain mungkin juga sama seperti kalian, memiliki masalah keluarga yang membuat mereka cemas. Temanmu mungkin juga sama, pernah merasa sangat kecewa karena gagal memenangkan suatu kejuaraan. Saat kita memiliki masalah itu berarti kita normal, sama seperti manusia lainnya.
Karena pada dasarnya, keinginan semua manusia itu sama. Kita semua ingin memiliki kehidupan yang lebih baik dengan menyelesaikan beberapa masalah yang kita miliki. Tapi janganlah berpikir jika menyelesaikan masalah adalah sebuah tujuan yang mempertemukan kita dengan kebahagiaan. Karena masalah tidaklah akan pernah memiliki titik akhir. Masalah lain akan selalu datang ketika kita baru saja berhasil menyelesaikan yang lainnya. Untuk itu, yang kita perlukan adalah sikap yang tepat dalam menghadapinya.