Kamu lebih berharga dari kamu yang sekarang

Hampir semua tulisan saya minggu ini hanya berakhir di draft. Tidak ada satu pun yang menurut saya menarik untuk diterbitkan. Sebelum akhirnya seorang teman baik mengirim pesan bahwa ia sedang mengalami kesulitan dan meminta saya untuk menuliskan satu artikel tentang hal tersebut. Saya pun mengiyakannya.

Jadi ceritanya, teman saya itu baru diterima di perusahaan yang menurut saya keren sekali. Namun ia malah merasa minder dan merasa jika dirinya tidak bisa dibandingkan dengan orang-orang di lingkungan barunya nanti. Lebih dari itu, ia bahkan takut jika ia berubah dan malah kehilangan jati dirinya ketika mencoba beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Karena teman tersebut adalah seorang perempuan, saya jadi teringat perkataan Sheryl Sandberg (COO Facebook) di suatu TED talk jika banyak dari kaum perempuan yang menganggap bahwa kesuksesannya merupakan akibat dari faktor luar. Sedangkan di sisi lain, kaum laki-laki biasanya menganggap jika kesuksesannya merupakan buah kerja keras mereka sendiri. Yang mana, anggapan tersebutlah yang membuat banyak perempuan tidak merasa percaya diri ketika memasuki dunia kerja.

Hal tersebut berhubungan erat dengan fenomena impostor syndrome (saya pernah menyinggungnya di tulisan ini). Saya bahkan berpikir pengalaman teman tersebut bisa saja dianggap sebagai salah satu contoh dari fenomena tersebut. Impostor syndrom adalah keadaan dimana seseorang tidak percaya dengan pencapaian yang diperolehnya. Mereka sering menganggap jika pencapaian tersebut hanyalah keberuntungan dan kebetulan saja. Sehingga mereka takut jika suatu saat orang lain tahu bahwa kemampuan mereka tidaklah sehebat yang orang lain pikirkan.

Setiap kita adalah sosok yang berharga lebih dari apapun jika kita meluangkan waktu untuk mengasihi diri kita sendiri.

Terlepas dari fenomena impostor syndrome, kurangnya rasa percaya diri sering terjadi ketika kita membandingkan diri sendiri dengan sosok yang kita kagumi atau sosok yang kita pikir lebih hebat dari kita. Hal tersebut menandakan jika masih ada ketidakpuasan terhadap diri kita yang sekarang. Padahal itu bisa menjadi hal baik jika kita memanfaatkannya sebagai bahan evaluasi diri.

Manusia yang kurang percaya diri itu ibarat mobil balap yang tidak yakin jika ia punya cukup bahan bakar dan bisa bersaing dengan mobil lain yang sudah jauh di depan. Padahal bisa saja dia menyalakan mesin, melangkah maju, dan mencoba bersaing. Tapi kepercayaan bahwa ia tidak memiliki cukup bahan bakar dan bayangan bahwa mobil lain sudah berada jauh di depannya membuat dia takut. Seakan percaya bahwa selamanya ia hanya akan berada di posisinya sekarang.

Mempertahankan rasa kurang percaya diri sama saja dengan ketidakpercayaan bahwa kita bisa tumbuh menjadi lebih baik dari diri kita sekarang. Padahal, kita masih bisa memperbaiki kekurangan jika kita percaya bisa melakukannya.

Ketika mengalami krisis kepercayaan diri, saya biasanya berusaha untuk memaafkan kekurangan yang saya miliki. Mengakui jika saya memang memiliki kekurangan tersebut. Namun pengakuan tersebut juga bukan berarti jika saya pasrah terhadap keadaan. Sama seperti perumpamaan mobil balap di atas, dengan mengakui dan memaafkan posisi kita yang tertinggal sekarang ini, kita malah akan lebih mudah untuk memperbaiki kekurangan tersebut.

Sampai sekarang saya juga masih sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Dulu, kebiasaan tersebut membuat saya terkadang merasa sombong. Namun di sisi lain juga membuat saya merasa kurang percaya diri. Tergantung objek pembandingnya. Namun semakin sering saya berusaha memaafkan kekurangan diri sendiri setelah membandingkannya dengan orang lain, semakin saya sadar bahwa setiap kita memiliki timbangan yang sama beratnya karena kita sama-sama manusia.

Lalu berikutnya, tentang ketakutan jika kita akan kehilangan jati diri ketika beradaptasi dengan lingkungan baru. Jika dipikir kembali, jati diri seperti apa yang kita maksud? Saya tipe orang yang percaya bahwa manusia bukanlah mahluk mutlak. Diri kita yang sesungguhnya tidak ditentukan sebelumnya melainkan akan kita temukan sepanjang proses kehidupan yang terus berubah-ubah.

Lagipula kita akan merasakannya sendiri ketika bertindak atau bersikap yang tidak sejalan dengan kata hati kita. Itu sebabnya saya selalu meluangkan waktu untuk bertanya pada diri sendiri “Apakah saya menjadi diri saya sendiri?“ sebelum memutuskan sesuatu. Pengalaman yang saya alami, biasanya saya merasa lebih cepat bosan jika melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin saya lakukan.

Dan jika ditanya, saya pun tidak mau selamanya menjadi seperti saya yang sekarang meskipun saya menjalani hidup yang saya sukai sekarang ini. Karena itulah esensi kehidupan. Belajar dari masa lalu, dan terus melangkah untuk memperbaiki masa depan.

_So my dear friend, I know you would read this (;. Just take your time and remember to be happy while arrange your puzzle pieces because the joy is in the process. Don’t be afraid to make mistakes. And in the end, just remember that being wrong is the part of human being. _


Menulis untuk orang lain ternyata menyenangkan. Saya memutuskan untuk membuat satu kategori khusus untuk tulisan semacam ini. Jadi jika kalian punya satu ide tulisan atau sesuatu yang ingin kalian baca dari saya, jangan sungkan untuk mengirim pesan ke hello@kelimuttu.co ya! I’ll be glad to write for you. (;

 

Image credit : Biscarotte