Cerita dari GNOME Asia summit 2017

IMG_9608

Berawal dari keisengan karena terpikir belum pernah mengirim satu CFP pun setelah ikut program Mozilla Techspeaker, iseng-iseng saya mengajukan satu lightning talk di GNOME Asia summit 2017.

Tadinya kepikiran topik A-frame atau Rust. Tapi karena udah lama nggak ngoding, saya pun urung untuk mengajukan topik yang terlalu teknikal karena nggak pede. Setelah melihat di website jika mereka menerima topik tentang komunitas, saya pun terpikir satu ide. Saya langsung membuat presentasi singkat untuk mengisi form CFPnya. Sama sekali nggak menyangka kalo akhirnya topik saya diterima.

Setelah mengajukan sponsorship ke Mozilla Techspeaker, mengurus visa dan segala keperluannya, tanggal 12 Oktober malam saya akhirnya berangkat tanpa ekspektasi karena memang ini satu-satunya acara open source internasional yang pernah saya ikuti selain acara yang diadakan Mozilla. Apalagi belum ada satu orang pun yang saya kenal di acara nanti.

Singkat cerita, setelah transit yang lama di Singapore, saya tiba di Chongqing tanggal 13 Oktober siang. Ternyata oh ternyata, Chongqing ini kotanya lumayan besar juga. Saya tidak menyangka kalau bandaranya pun sebesar itu. Dari bandara kita diantar oleh panitia ke hotel.

Sampai hotel tadinya saya berniat melanjutkan beberapa pekerjaan. Tapi internet di hotel ternyata tidak reliable. Belum lagi kita harus mempersiapkan VPN untuk menembus firewall China. Singkat cerita, rencana untuk bekerja pun pupus dan akhirnya saya tidur. Haha.

Malamnya saya ikut sesi welcoming dinner. Bertemu tim lengkap acara ini untuk pertama kalinya. Panitianya sangat ramah. Dan meskipun banyak pembicara lain yang sudah lebih berpengalaman di dunia open source, mereka semua sangat ramah dan mau membaur dengan yang lain.

Pulang makan malam saya pun mengerjakan pekerjaan yang tadi tertunda lalu tidur untuk persiapan acara besoknya.

Hari pertama

Pagi-pagi sesampainya di Chongqing University, saya malah sibuk menyiapkan meeting untuk training program Resources Rep. Karena harus mengakomodir beberapa timezone yang cukup njelimet, saya memang memutuskan berkomitmen untuk mengadakan meeting di Sabtu pagi selama 3 minggu terakhir ini. Karena meeting ini, saya akhirnya cuma sempet kebagian keynote dari Nuritzi sebentar saja.

Selanjutnya saya memilih mengikuti kelas Kat di ruang lainnya yang bercerita tentang pengalamannya membuat alat kesehatan dengan software & hardware yang open source. Dari situ kembali lagi ke auditorium untuk mengikuti presentasi Matthias tentang Flatpak.

WeChatImage636437572473506510

Malamnya panitia mengajak kita untuk mencicipi hotpot ala Chongqing. Jadi hotpot ini adalah salah salah satu makanan khas China. Kata mereka, klo di tempat lain kuah hotpotnya biasa saja. Namun, di Chongqing ini kuahnya berbeda karena mereka memakai lada szechuan (yang mana saya baru tau kalo di Indonesia sendiri disebut andaliman). Jadi sebenarnya si hotpot ini seperti shabu-shabu gitu, kuahnya saja yang agak berbeda. But so far, saya suka sih meskipun nggak tahan dengan szechuan peppernya yang bikin mulut mati rasa.

Hari kedua
R0010073

Keynote pertama di hari kedua ini dipandu Cosimo yang memperkenalkan Endless OS. Yang unik, ternyata ada campaign Mozilla tentang kebebasan berinternet di presentasi Cosimo. Hihi. Jadi si Endless OS ini adalah OS khusus yang sebenarnya ditujukan untuk daerah berkembang yang koneksi internetnya masih terbatas. Ibaratnya seperti program menyediakan air bersih di tempat yang belum terbangun, nah si Endless OS ini adalah OS yang diperuntukan untuk para pengguna yang tinggal di tempat yang infrastruktur internetnya masih belum mapan agar dapat mengakses internet dengan lebih mudah.

Selanjutnya, saya ikut kelasnya Sobha Tyagi tentang pendidikan FOSS. Lalu berlanjut mengikuti kelasnya pak Iwan tentang ngoprek router dengan LEDE/OpenWRT. Uniknya, pak Iwan ini sebenarnya pengusaha sepatu dari Indonesia. Sebenarnya saya juga pernah bertemu beliau di release party Tea Linux beberapa bulan lalu di Semarang, namun beliau belum mengenal saya. Rasanya senang sekali ketika bertemu pak Iwan di lobby hotel pagi tadi sebelum berangkat. Akhirnya ada teman berbahasa Indonesia juga. :D

BIN_8972s

Saya sendiri kebagian slot di hari kedua ini. Lightning talk pertama setelah keynote terakhir. Agak deg-degan sebenarnya karena lightning talk ini cuma dibatasi 5 menit. Sedangkan saya biasanya nggak jago kalo disuruh ngomong cepet. Apalagi kemudian ternyata ada kesalahan teknis. Pointernya tidak berfungsi sehingga panitia jadi sibuk memperbaiki situasi. Akhirnya saya terpaksa harus berimprovisasi dan melanjutkan presentasi tanpa slide. Untung semua berjalan lancar meskipun akhirnya saya jadi mengarahkan slide dari laptop secara manual.

BIN_9100s

Sorenya setelah acara selesai kita digiring ke bus untuk pergi naik kapal dan berlayar di sungai Jialing (anak sungai dari sungai Yangtze) sambil makan malam merayakan proyek GNOME yang sekarang berumur 20 tahun. Congratulations GNOME. :D

DSCF3027

Hari ketiga

Hebatnya, acara tidak selesai disini. Hari ketiganya kita diajak untuk tur mengelilingi Chongqing. Menurut salah satu panitia, meskipun tidak sepopuler Beijing atau Shanghai, Chongqing ini salah satu dari 5 kota besar di China. Nggak heran sih, karena kotanya memang indah dan masih sarat akan budaya. Kalo saya ibaratkan, mungkin seperti Jogjanya Indonesia kali ya.

DSCF3046

Tujuan pertama adalah pergi ke pasar tradisional Ciqikou town untuk jalan-jalan, belanja, dan makan siang. Lalu dari situ kita lanjut hiking lalu dilanjut belanja dan kemudian naik cable car. Lalu ditutup dengan dinner di puncak. Capek minta ampun karena kita jalan lumayan jauh sekitar 3/4 jam.

Sungguh 5 hari yang menyenangkan dan pastinya akan susah untuk dilupakan. Oktober akhirnya sedikit membebaskan saya dari comfort zone dan membuat saya berkesempatan bertemu dan belajar banyak hal dari teman-teman komunitas GNOME yang keren sekali!

Tidak lupa, saya juga sangat berterima kasih pada semua panitia yang sangat keren! Ana, Heather, dan Shirley tentu hanya segeglintir dari mereka yang masih saya ingat namanya. (Guys, if you read this you should let me know if you’re coming to Indonesia someday! I owe you a tour here :D).

Photo credit: