[review] The Four Tendencies

Tentang Mengelola Harapan

Berbicara tentang harapan, saya yakin kita semua pasti sepakat bahwa ketika sebuah harapan tidak tercapai, maka kita jadi kecewa. Namun sebaliknya ketika tercapai, kita pun akan merasa puas. Mungkin dari pemahaman tersebut, secara tidak langsung semua harapan terlihat sama saja. Namun jika diperhatikan lagi, kita sebenarnya bisa mengelompokan sumber harapan menjadi 2 yaitu harapan eksternal (berasal dari orang lain) dan harapan internal (dari diri sendiri). Kita mungkin akan perlu banyak introspeksi diri untuk membedakan kedua sumber harapan tersebut. Karena di dunia yang sarat akan tuntutan dari berbagai pihak, kita sering salah mengartikan harapan dari orang lain sebagai harapan pribadi maupun sebaliknya.

Salah satu penulis favorit saya, Gretchen Rubin, punya satu buku yang berjudul The Four Tendencies yang membahas tentang kategori dari kecenderungan kita untuk memenuhi harapan baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal).

Harapan eksternal dan internal ini sama-sama pentingnya sehingga kita perlu memperhatikan keduanya. Harapan eksternal misalnya sebagai anak, orang tua kita mungkin pasti punya harapan tersendiri akan anak-anaknya. Kadang mereka (mungkin secara tidak sadar) menuntut kita untuk menempuh karir tertentu, atau sebagainya. Atau sebagai pegawai, sudah sepatutnya kita wajib memenuhi tugas-tugas dari atasan kita. Dan atasan kita mungkin punya harapan/standar tersendiri tentang harus seperti apa hasil pekerjaan kita nanti.

Sedangkan harapan internal contohnya adalah harapan yang muncul dari diri kita sendiri. Misalkan: harapan untuk berolah raga secara rutin atau menjalani diet tertentu. Atau mungkin harapan untuk punya pasangan yang lebih baik dari si mantan. Harapan internal sendiri mungkin sering dianggap kurang penting karena tidak mempunyai konsekuensi yang jelas. Pertanggung jawabannya juga terasa lebih bebas, karena kita hanya perlu bertanggung jawab pada diri sendiri.

Nah menurut Gretchen, kepribadian kita bisa dibagi menjadi 4 kategori berdasarkan pemenuhan berbagai harapan tersebut. Mari kita bahas satu per satu.

Upholder

Upholder ini golongan orang-orang yang terbiasa memenuhi harapan eksternal dan internal dengan mudah. Populasinya cuma sekitar 19%. Asal kita kasih tugas yang jelas, para upholder ini biasanya akan mengerjakannya tanpa banyak protes. Begitu juga dengan peraturan. Sekali dikasih tau, mereka akan nurut. Mungkin bisa dibilang merekalah yang biasanya paling reliable.

Meskipun terlihat sempurna, kadang saking disiplinnya mereka justru cenderung kurang asik untuk diajak melakukan hal-hal yang off-the-track. Karena mereka akan selalu mengikuti peraturan, meskipun nggak ada yang mengawasi. Mereka juga bisa jadi kurang simpati & toleran ketika orang lain nggak punya reliability yang sama seperti mereka. Ditambah, mereka nggak pinter delegasi karena mereka sering kali nggak yakin orang lain bisa menyelesaikan suatu tugas seperti mereka mengerjakannya (betul, mereka termasuk perfectionist). Maka dari itu, upholder biasanya sering merasakan burn out jika nggak bisa menentukan prioritas.

Questioner

Questioner sendiri adalah golongan bagi mereka yang cenderung lebih mementingkan harapan internal. Untuk membuat para questinoner ini mau memenuhi harapan eksternal, kita harus membuat mereka percaya bahwa tugas tersebut masuk akal dan efisien. Karena sejatinya, para Questioner ini butuh alasan yang masuk akal mengapa mereka harus melakukan tugas tersebut. Mereka nggak akan puas dengan jawaban “memang sudah seperti itu keadaannya dari dulu” atau “memang sudah seperti itu aturannya”. Populasi Questioner ini termasuk yang terbesar kedua setelah Obliger, yaitu 24%.

Para Questioner ini biasanya nggak segan untuk melanggar aturan jika mereka pikir aturan tersebut nggak masuk akal. Mereka juga cenderung nggak percayaan sebelum mereka cari tahu & menemukan buktinya sendiri. Singkatnya, mereka ini adalah orang-orang yang sering kita anggap ribet/riweuh.

Tapi sisi baiknya, mereka itu paling bisa diandalkan untuk memperbaiki sebuah proses. Karena kecintaannya pada efisiensi, mereka paling bisa mengkoreksi dan memberikan alternatif agar sebuah proses bisa berjalan dengan lebih baik.

Obliger

Kebalikan dari questioner, obliger justru golongan bagi mereka yang cenderung lebih mudah memenuhi harapan eksternal. Mereka (sering kali tanpa disadari) lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Mereka biasanya kesulitan meewujudkan perubahan pada dirinya sendiri, sampai mereka didesak oleh orang lain. Populasinya merupakan yang paling besar di antara semua kategori yaitu 41%.

Nah karena susah menolak, para obliger ini sering dimanfaatkan sama orang lain sampai akhirnya mereka mencapai batasnya dan marah pada keadaan. Mereka juga sering berpikir kalau mereka ini pemalas karena kurang bisa memotivasi dirinya sendiri. Padahal obliger ini sebenarnya hanya perlu pertanggung jawaban ke orang lain. Katakanlah mereka ingin memulai suatu kebiasaan baru. Nah, maka bisa disiasati dengan meminta bantuan orang lain untuk mengawasinya agar mereka merasa bertanggung jawab pada seseorang.

Rebel

Sedangkan Rebel merupakan kebalikan dari Upholder. Mereka cenderung menolak harapan eksternal maupun internal. Para Rebel ini biasanya nggak suka diatur dan selalu punya cara sendiri untuk melakukan sesuatu. Kalo teman-teman yang lain pakai rumus A, si Rebel ini biasanya akan menyelesaikan dengan rumusnya sendiri, rumus X.

Populasinya termasuk yang paling jarang, hanya 17%. Meskipun terlihat paling menyusahkan, rebel ini biasanya justru unggul ketika nggak disuruh. Intinya, mereka suka melakukan hal yang tidak dipaksakan. Mereka butuh kebebasan untuk menentukan pilihan. Untuk itu ketika memberikan tugas pada rebel, sebaiknya kita menggunakan kalimat yang tidak berkesan memerintah sehingga mereka merasa kemerdekaannya dihormati.


Sebenarnya tidak ada kecenderungan yang terbaik/terburuk. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang diperlukan hanya penyesuaian komunikasi.

Nah Gretchen berpesan, untuk mengakomodir semua kecenderungan tadi, kita perlu menyediakan: informasi, konsekuensi, dan pilihan ketika memberikan suatu tugas. Informasi diperlukan bagi para Questioner yang tidak akan merasa puas hanya dengan perintah/aturan. Sedangkan konsekuensi penting untuk menekankan pentingnya suatu tugas untuk para obliger. Dan yang terakhir, pilihan adalah bentuk kebebasan bagi para rebel agar tidak merasa terintimasi akan perintah/aturan tersebut. Upholder mah, nggak akan banyak protes selama struktur/perintahnya jelas.

Penasaran apa kecenderunganmu? Kalian bisa cari tahu dengan mengikuti surveynya di sini lho.

Kredit gambar: Unsplash