[review] Educated

2019-07-03_01-38-51

Educated sukses menjadi salah satu memoar terbaik yang saya baca selama ini. Meskipun kisah yang Tara ceritakan bukan termasuk kisah mainstream, namun pesan yang dibawa oleh buku ini termasuk universal. Saya suka sekali komentar dari Vogue yang mengatakan:

“Beautiful and propulsive… Despite the singularity of [Westover’s] childhood, the questions her book poses are universal: How much of ourselves should we give to those we love? And how much must we betray them to grow up?”

Educated menceritakan kisah Tara Westover yang tumbuh besar di keluarga survivalist di Idaho. Ketika salah satu kakaknya mulai melakukan kekerasan, Tara hanya bisa memendam lukanya karena merasa tidak ada yang berada di pihaknya. Ketika akhirnya ia berhasil memasuki bangku kuliah (padahal selama 17 tahun Tara tidak pernah mengenyam bangku sekolah), pikirannya pun mulai berkembang dan dia mulai menemukan keberanian untuk menghadapi ketidakadilan yang dia alami dari keluarganya sendiri.

“My life was narrated for me by others. Their voices were forceful, emphatic, absolute. It had never occurred to me that my voice might be as strong as theirs.”
― Tara Westover, Educated

Ayah Tara adalah penganut Mormon yang fanatik sehingga dari kecil ia terbiasa mengikuti ajaran yang diajarkan ayahnya. Lama-kelamaan, Tara sadar bahwa pahamnya tidak lagi sejalan. Ia pun mulai mengambil jarak dari keluarganya sejak itu. Apalagi keluarganya bahkan menganggap bahwa Tara dikuasai setan karena Tara menolak untuk berdamai dengan kakaknya (keluarganya menganggap kakaknya sudah bertobat karena sudah dibersihkan melalui ritual Atonement of Christ, padahal di sisi lain ia masih sering mengancam Tara).

Jika kisah yang Tara tuliskan adalah sebuah novel, saya mungkin akan berpikir “yeah, sure.. It’s a fiction. Ofcourse, it’s dramatic.” Tapi saya pun tidak tega membayangkan bahwa kisah tersebut terjadi secara nyata. Saya merinding membayangkan apa yang terjadi pada Tara selama masa kecilnya dan bagaimana dia bisa bertahan selama ini. Bahkan tidak hanya bertahan, dia juga berhasil memperoleh gelar Doktor di tengah drama keluarga yang membuatnya sampai mengalami mental breakdown.

Di tengah pendapat yang mengatakan bahwa sekolah itu tidak lebih penting daripada skill, kisah Tara membuktikan bahwa pengetahuan, apapun itu bentuknya, pasti punya manfaat di kehidupan kita. Kisah Tara membuktikan bahwa edukasi masihlah penting dan relevan. We don’t study to get a job. We study to educate ourselves.

“Everything I had worked for, all my years of study, had been to purchase for myself this one privilege: to see and experience more truths than those given to me by my father, and to use those truths to construct my own mind. I had come to believe that the ability to evaluate many ideas, many histories, many points of view, was at the heart of what it means to self-create. If I yielded now, I would lose more than an argument. I would lose custody of my own mind. This was the price I was being asked to pay, I understood that now. What my father wanted to cast from me wasn’t a demon: it was me.”
― Tara Westover, Educated

Saya sangat terharu ketika di salah satu bab, Professor Steinberg (dosen pengawas Tara ketika ia mendapat Gates Cambridge Scholarship) mengatakan bahwa Essay yang Tara buat adalah salah satu essay terbaik yang ia baca selama 30 tahun mengajar di Cambridge. Saya bersyukur Tara mendapat dukungan dari banyak orang disaat keluarganya sendiri menganggapnya dikuasai iblis Lucifer.

Bagi saya ada 2 pesan penting dari dari buku ini. Pertama, adalah bahwa kita tidak perlu menyerahkan diri pada orang yang kita sayangi. Saya yakin Tara sangat mencintai kedua orang tuanya. Namun dengan situasi yang ia hadapi, menjauh memang jadi pilihan yang terbaik. Tara menjadi contoh, bahwa kita memiliki pilihan untuk keluar dari situasi terburuk dengan keberanian meskipun ia harus membayar mahal atas keputusannya.

“You can love someone and still choose to say goodbye to them,” she says now. “You can miss a person every day, and still be glad that they are no longer in your life.”
― Tara Westover, Educated

Dan yang kedua, adalah bahwa pendidikan memang sangat berpengaruh dalam membentuk seseorang. Pendidikan membuat kita bisa merasionalkan nilai-nilai yang kita dapat dari pihak luar, membuat kita bisa berpikir dengan lebih baik, dan membuat kita memahami apa yang dahulu bahkan tidak terlihat karena kita tidak punya pengetahuan tentangnya.

“An education is not so much about making a living as making a person.”
― Tara Westover, Educated

Keberanian Tara dalam menjalani kehidupannya, mengingatkan saya akan satu kutipan yang saya sudah lupa dari mana asalnya.

If you don’t like where you are, move. You are not a tree.