Berdamai dengan rasa sepi
Beberapa waktu yang lalu saya merasa aneh dengan diri saya sendiri karena merasakan kesepian ketika sendirian. Ini tidak seperti biasanya karena sebelumnya saya percaya bahwa saya adalah seorang introvert. Jadi kesendirian bukanlah hal yang biasanya saya permasalahkan. Hal tersebut lalu menyadarkan saya, sejak kapan saya membutuhkan teman?
The need to be with other people. When did I start to have this kind of feeling, really?
Tidak memerlukan waktu lama sampai saya menyadari bahwa saya bukanlah seseorang yang dominan introvert. Ada kalanya saya sangat menikmati waktu dengan diri saya sendiri, tapi ada juga saat saya merasa harus bertemu dengan keramaian agar merasa kembali ‘hidup’. It reveal a new fact of myself that I’m actually is an ambivert. Well, just so you know, ambivert adalah tipe kepribadian yang memiliki keseimbangan psikologi antara introvert dan extrovert.
Jadi, untuk memahami sisi ambivert yang baru saya sadari, akhir-akhir ini saya mulai mendalami fenomena kesepian. What is loneliness, actually?
Orang awam akan mendefinisikan kesepian sebagai keadaan saat ia sendirian atau terasing. Namun dari sisi psikologi, kesepian ternyata hanyalah keadaan pikiran dimana seseorang merasa tersisih, tidak dikasihi. Jadi, sangat memungkinkan jika kita merasa kesepian padahal sedang bersama teman-teman. Yang mana lalu menyadarkan saya bahwa kesepian yang saya rasakan di awal cerita ternyata bukanlah kesepian sebenarnya. Tapi mari teruskan pembahasan kita tentang kesepian.
Kesepian yang sesungguhnya bisa menyebabkan seseorang merasa kosong, sendiri dan tidak diinginkan. Ketika merasa kesepian, seseorang biasanya melakukan hal untuk terhubung dengan orang lain untuk menghilangkan perasaan sepinya. Meskipun hal itu sebenarnya bisa menjadi percuma jika ia tidak mengubah keadaan pikirannya.
Berita buruknya adalah, kesepian bisa menjadi salah satu gejala gangguan psikologis seperti depresi. Bahkan, di Jepang ada satu fenomena yang disebut kodokushi atau mati karena kesepian. Tingginya jumlah penduduk lansia di Jepang menyebabkan banyak lansia yang tidak lagi memiliki keluarga, meninggal karena kesepian tanpa disadari orang lain.
Interaksi sosial memang mempengaruhi perasaan kesepian yang dialami seseorang. Namun sebuah penelitian menunjukan bahwa yang menentukan dalam interaksi sebenarnya bukanlah kuantitas melainkan kualitasnya. Jadi, memiliki sebatas 3 orang teman terdekat sebenarnya sudah cukup untuk menangkal kesepian.
Lalu bagaimana seharusnya seseorang mengatasi kesepian yang dialaminya? Berikut ini beberapa hal yang saya rangkum dari yang sudah saya pelajari akhir-akhir ini:
Menyadari bahwa kesepian adalah sebuah perasaan, bukan kenyataan
Kenyataan adalah sesuatu yang sudah tidak bisa kita ubah lagi karena sudah terjadi. Sedangkan perasaan adalah keadaan pikiran kita saat menghadapi suatu kenyataan. Kita sebenarnya bisa memanipulasi perasaan meskipun kenyataannya sama. Jadi, saat kita merasa kesepian, sadarilah bahwa bukan kenyataan yang membuat kita merasa sepi, melainkan pikiran kita sendiri yang menyebabkannya.Menyadari bahwa kesepian adalah pertanda jika kita harus melakukan sesuatu
This is it. The happy part of loneliness. Kesepian sebenarnya bisa menjadi satu alarm bagi diri kita untuk melakukan sesuatu yang baru. Saat merasa sepi dan bosan biasanya saya suka melakukan hal spontan yang tiba-tiba saya pikirkan. Jadi, lain kali ketika kalian merasa kesepian, tersisih, dan tidak diinginkan, katakanlah “screw them! Let’s do something fun even when it’s alone.“ (ini tips yang agak introvert-ish sih ya :3)Ciptakanlah pikiran positif
Penelitian menyebut jika orang dengan perasaan hampa lebih mungkin mengembangkan pikiran negatif daripada positif. Jadi, saat merasakan kesepian, cobalah kenali pikiran negatif yang ditim bulkan dari perasaan sepi yang kita alami. Lalu perlahan-lahan, gantilah pikiran negatif tersebut menjadi pemikiran positif.