Belajar berhutang

Topik tentang investasi rasanya sedang seksi sekali diperbincangkan anak muda sekarang ini. Perbincangan tentang saham, reksa dana, emas, cryptocurrency, atau berbagai instrumen investasi lainnya rasanya bukan topik tabu lagi ketika kita nongkrong.

Namun, di perbincangan secara online dengan teman-teman malam ini, saya justru tersadar akan satu hal yang menurut saya justru harusnya lebih fundamental daripada belajar investasi. Yaitu, pentingnya belajar berhutang.

Investasi idealnya dilakukan bagi mereka yang memiliki uang lebih. Sedangkan, saya pikir ada lebih banyak orang yang masih sering kekurangan daripada kelebihan. Jadi, menurut saya, sebelum belajar berinvestasi, ada baiknya kita belajar dulu bagaimana kita bisa berhutang dengan cermat. Atau lebih tepatnya, bagaimana kita bisa memahami sistem keuangan yang ada saat ini, sehingga kita bisa memanfaatkan peluang berhutang yang paling menguntungkan bagi kita.

Anggapan bahwa berhutang itu selalu buruk, menjadikan kita akhirnya jadi tidak teredukasi dengan baik tentang tata cara berhutang. Padahal berhutang itu sangat lumrah dan manusiawi. Perusahaan saja tidak bisa tumbuh besar tanpa hutang. Bahkan jika dipikir-pikir, semakin kita menghindari hutang, semakin kita justru melewatkan manfaat yang ditawarkan oleh penyedia layanan keuangan.

Contohnya, dengan menggunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran, kita bisa mendapatkan diskon atau cash back dari berbagai layanan. Kita juga bisa mengumpulkan poin dan mendarapatkan reward dari pengeluaran kita. Atau bahkan mengakumulasi frequent-flyer miles, tergantung dari jenis kartu kredit yang kita pakai.

Contoh lain yang saya alami secara pribadi adalah mengambil pinjaman umum dari bank untuk menyicil rumah. Padahal, saya baru sadar baru-baru ini bahwa pinjaman KPR ternyata bunganya jauh lebih rendah daripada pinjaman umum. Dan itu semua hanya karena saya dulu malas mengajukan pinjaman KPR yang menurut saya prosesnya lebih ribet.

Sedangkan di sisi lain, seorang rekan mendapatkan bunga yang jauh lebih ringan dari KPR karena menggunakan tipe pinjaman untuk Usaha Kecil Menengah (UKM), meskipun pinjamannya sendiri sebenarnya ia pakai untuk membeli tanah.

Itulah kenapa saya bilang belajar berhutang itu lebih penting daripada belajar investasi. Kalau kita terus-terusan ditakut-takuti bahwa berhutang itu adalah kegiatan yang buruk, maka kita sendiri yang pada akhirnya akan merugi. Selama kalian belum mampu membeli apapun yang kalian mau secara tunai seperti YouTuber favorit kaum muda masa kini, maka belajar menjadi penghutang yang baik justru adalah kunci menuju financial responsibility.

NB!
[Update] Setelah dipikir-pikir, seharusnya saya menyematkan pembahasan tentang menabung di tulisan di atas. Jadi urutannya, belajar menabung, belajar berhutang, baru belajar berinvestasi. Tanpa belajar menabung, sepertinya kita tidak bisa berhutang dengan baik juga. Apalagi investasi.

Photo by Micheile Henderson on Unsplash