7 pelajaran hidup dari Mbah Kakung
The remembrance of the good done those we have loved is the only consolation when we have lost them. Demoustier
Kebetulan saya baru saja pulang dari peringatan 7 hari wafatnya Mbah Kung. Tidak terasa sudah seminggu berlalu sejak beliau wafat. Dan selama seminggu ini, mbah Kung masih jadi soundtrack utama kehidupan saya (mungkin sama hal-nya dengan sebagian besar anggota keluarga kami lainnya). Rasanya masih jelas di ingatan, wajah beliau yang meskipun renta namun masih sering tertawa dengan gigi ompongnya.
Namun selain masih terbayang akan keceriaannya, selama seminggu ini saya juga mendengar berbagai kisah beliau dari orang-orang yang mengenalnya. Dan di artikel mingguan kali ini, saya ingin berbagi tentang 7 pelajaran yang saya dapat dari kisah hidup beliau:
- Jadilah jujur
Semasa hidupnya, mbah Kakung bekerja sebagai sekertaris desa (di Tegal biasanya disebut carik). Namun meskipun berkutat dengan urusan pajak warga dan berbagai urusan desa lainnya, hampir semua rekan kerja mbah Kung mengatakan jika beliau orang yang sangat jujur dalam pekerjaan. Mbah Kung memberikan contoh pada kami semua, bagaimana seseorang bisa dihormati karena kejujurannya, bukan karena jabatan atau pangkatnya.
- Lakukanlah sendiri jika kita masih mampu
Mbah Kung ini orang yang sangat mandiri. Beliau bahkan sering kali pergi ke puskesmas sendiri tanpa minta diantar. Pernah suatu kali saya mendengar suara gaduh di dapur. Saya yang tadinya sedang mengerjakan sesuatu di komputer akhirnya memeriksa dapur. Ternyata Mbah Kung baru saja memasak air dan hendak membuat teh. Saya tertawa melihat cangkirnya yang hampir terisi gula setengahnya. Tapi akhirnya saya jadi merasa bersalah karena mbah Kung mungkin membuat tehnya sendiri karena tidak ingin mengganggu kegiatan saya.
- Jadilah sederhana dan sabar
Seingat saya, mbah Kung tak pernah meminta suatu hal yang aneh. Pun hampir tidak pernah saya melihat mbah Kakung marah-marah. Mungkin istilah anak mudanya, beliau adalah orang yang easy going. Meskipun sudah tua, bepergian bersama beliau adalah hal yang tidak merepotkan sama sekali. Bahkan beliau sering membuat kami tertawa karena kepolosannya (Dia pernah menyebut sedotan dengan sebutan selang :D ).
- Berlakulah dengan adil
Meskipun sudah tua, mbah Kung masih sering menyempatkan diri mengunjungi anak-anaknya. Kadang beliau menyempatkan diri tidur beberapa hari di rumah ibu (anak pertamanya). Atau seringkali juga ke rumah tante karena lebih dekat. Intinya, semua anak diperlakukan sama oleh beliau.
- Jangan takut untuk mencoba
Semasa hidup, mbah Kung ini suka sekali mengutak-atik barang-barang terutama elektronik. Bahkan sampai nyaris semua tv dan radio di rumahnya pernah beliau pereteli. Hal ini mungkin bukan kebiasaan yang baik untuk ditiru. Tapi nilai positif dari kebiasaan tersebut adalah jangan takut mencoba jika kita ingin tahu sesuatu.
- Kreatifitas itu dipraktikan
Seperti orang-orang desa pada umumnya, mbah Kung juga pandai membuat sesuatu dari kayu. Pagar rumah, kandang ternak dan berbagai hal lain di rumahnya banyak yang beliau buat sendiri. Saya jadi berpikir, hobi craft saya mungkin juga menurun dari mbah Kung. :D
- Tidak usah mengharap banyak
Melihat keceriaan dan keikhlasan beliau menjalani hidup, saya jadi menyimpulkan satu hal dari kehidupan mbah Kakung. Bahwa dia tidak memiliki ekspektasi muluk-muluk dalam hidupnya. Dan itulah kunci kebahagiaan dan kedamaian yang sesungguhnya. Do your best, but expect less.
Dalam perjalanan ke rumah mbah Kung tadi sore, saya menyadari satu hal. Musim hujan perlahan datang dan menumbuhkan pemandangan hijau dimana-mana. Saya suka sekali warna hijau. Apalagi warna hijau dari tanaman dan daun-daun yang baru tumbuh. Perlahan, pemandangan tersebut seakan jadi obat pelipur duka saya sepeninggal mbah Kakung. Saya sangat berharap, semoga mbah Kung bisa beristirahat dengan damai di sisi-Nya. Sedamai perasaan saya ketika melihat hijaunya tanaman yang tumbuh di musim ini.
Selamat jalan mbah Kung. Thank you for the good memories you left us to remember. We will definitely cherish every moment of your presence. And now that you have gone to a better place, may God bring you the best place just like the best lesson we have learned from you. (: