Mereka yang mengabaikan hati nuraninya

Entahlah, dari dulu saya percaya bahwa semua orang pada dasarnya adalah orang yang baik. Jadi jika suatu saat ada orang yang berbuat buruk, mereka pasti punya alasan tersendiri melakukan perbuatan tersebut.

Tapi ada seseorang yang saya kenal yang percaya, kalau semua orang memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan hal baik maupun buruk. Jadi katakanlah seseorang yang Anda kenal merupakan orang baik, bisa saja dia melakukan suatu hal yang jahat atau bahkan sangat jahat. Begitu pula orang yang Anda pikir adalah seseorang yang jahat, ia juga memiliki kemungkinan melakukan hal baik, sama seperti orang lain yang kita anggap orang baik.

Mungkin sekilas konklusinya tidak jauh berbeda. Bahwa semua orang berkemungkinan untuk melakukan hal buruk yang disebut kejahatan. Tapi biarlah saya tetap pada keyakinan bahwa pada dasarnya semua orang adalah orang baik. Biarkan saya menjelaskan alasannya.

Jika ditanya, saya yakin semua orang di dunia ini akan mengakui jika ia pernah memiliki pemikiran buruk seperti mencelakai orang lain atau minimal membalas dendam pada orang yang menyakitinya. Tapi jika ditanya lebih lanjut apakah ia benar-benar melakukan pemikiran buruk tersebut, saya rasa kebanyakan orang akan menjawab tidak benar-benar melakukannya. Kenapa? Karena setiap orang punya hati nurani.

Terlepas dari hukum yang menjelaskan hal mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak atau anjuran kitab suci yang menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk, saya percaya pada dasarnya hati nuranilah yang menuntun semua orang untuk melakukan hal baik. Kompas kebaikan ada di hati nurani setiap orang. Dialah yang menunjukan perbuatan mana yang sekiranya manusiawi untuk dilakukan atau tidak. Bahkan jika tanpa hukum atau undang-undang pun, jika semua orang mengikuti kompas nuraninya, saya pikir dunia bisa terasa seperti surga.

Maka dari itu ketika seseorang memutuskan untuk melakukan hal buruk, ia pasti sudah memiliki perhitungan tersendiri dengan hati nuraninya hingga akhirnya ia benar-benar melakukan hal tersebut. They have debate within their own conscience. Hasilnya, dalam menghadapi keadaan terpojok, manusia sering melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hati nuraninya. Maka dari itu, siapalah kita bisa mengkategorikan orang menjadi orang jahat. Dari pada itu, mungkin kita bisa sebut mereka dengan manusia yang sedang mengabaikan hati nuraninya.

Foto : http://weheartit.com/shelynneR