Ketika prasangka adalah kehendakmu dari Tuhan

Rasanya akhir-akhir ini tulisan saya lebih banyak mengarah ke pencitraan. Padahal saya tipe orang yang paling anti dengan segala macam pencitraan. I’m trying too hard to be inspirational. Don’t you notice?

So, let’s be honest here. Well, belakangan ini saya menulis tentang melawan ketakutan, meminimalisir hal dalam hidup, bahkan tentang produktifitas. Padahal dalam kenyataannya saya bahkan tidak pernah melewatkan seharipun tanpa rasa khawatir dan takut. Saya juga kadang masih mengeluh kenapa saya malah belajar mengurangi ketika orang lain berlomba-lomba untuk menambah (bukankah saya terlihat munafik?). Saya bahkan tidak merasa ‘seproduktif itu’ untuk menulis artikel tentang produktivitas.

Tapi di acara gathering kantor saya seminggu yang lalu (iya, saya akhirnya ‘mencoba’ untuk bekerja), seorang tamu di acara tersebut menitipkan satu petuah yang bagi saya cukup menginspirasi. Beliau puitis sekali. Jadi saya cukup berpikir keras setelah mendengar petuah beliau. Saya pun langsung mencatatnya demi menceritakannya kembali di blog ini.

Prasangkamu adalah kehendakmu dari Tuhan

Sebelumnya saya merasa buruk karena merasa tulisan-tulisan saya itu lebih cenderung ke pencitraan. Namun setelah mendengar kata-kata beliau saya jadi merenungkannya kembali, lalu tersadar.

  • sebenarnya, bukan niat saya untuk mencoba membangun citra sebagai si pemberani di tulisan ini.
  • saya juga bukannya mencoba membangun citra sebagai si produktif lewat tulisan ini.
  • ataupun sok menjadi si ahli minimalisir dengan tulisan ini.

Yang saya coba lakukan adalah berprasangka baik pada diri sendiri bahwa saya mampu melawan ketakutan, kemalasan, atau memperbaiki hidup dengan mengurangi. Lain lagi jika saya selalu berprasangka buruk pada diri saya, maka itulah yang akan terjadi. Karena itulah yang saya minta dari tuhan. Kejadian buruk.

Jadi berprasangka baiklah pada takdir. Tuhan bukannya setidak adil itu dengan sesekali memberikan kita ketidakberuntungan kok. Mungkin kita saja yang ‘tidak sengaja’ menghendakinya lewat prasangka yang kita pikirkan. ((: