Tentang melepaskan

Saya termasuk orang yang agak ceroboh. Dari kehilangan dompet, sampai handphone semuanya sudah pernah saya alami. Sampai akhirnya buku yang baru-baru ini selesai saya baca mengingatkan saya tentang arti barang-barang yang sesungguhnya.

Buku The life-changing magic of tidying up karya Marie Kondo sebenarnya mengajarkan kita tentang tata-cara merapikan rumah yang lebih dikenal sebagai KonMarie way. Namun, yang berhasil mencuri perhatian saya dari buku ini justru cara Marie menghargai barang-barang. Dia bahkan memberi salam pada barang-barangnya (mengingatkan saya pada suatu adegan di film Room) dan berterima kasih setelah selesai memakai barang-barang tersebut.

Buku tersebut juga menyadarkan saya bahwa yang terpenting dari barang-barang sebenarnya adalah fungsi/manfaatnya dan bagaimana ia menciptakan kebahagiaan tersendiri bagi pemiliknya.

Bulan lalu saya tidak sengaja meninggalkan botol minum kesukaan saya di kereta. Saking sedihnya, saya jadi kepikiran terus menerus sampai susah tidur. Saya terus menyayangkan kenapa saya tidak ingat untuk menaruhnya kembali ke tas ketika hendak turun dari kereta. Saya juga jadi teringat betapa barang tersebut saya dapatkan dari satu acara kantor yang mana menyimpan memori tersendiri.

Di sisi lain, kehilangan tersebut jadi terasa kontras ketika saya mengingat kegiatan saya kemarin merapikan rumah. Mengapa saya bisa dengan mudah menyingkirkan barang-barang di rumah sedangkan kehilangan barang lain dengan tiba-tiba bisa membuat saya sedih? Padahal, esensi keduanya sebenarnya sama saja, yaitu kehilangan fungsi/manfaat dari barang-barang tersebut.

Marie bercerita di bukunya bahwa ada 2 alasan utama mengapa kita tidak bisa melepaskan suatu barang yaitu:

  • Attachment to the past

Saya teringat ibu saya pernah bercerita bahwa sewaktu masih kecil saya pernah menangis ketika ibu mengganti botol susu saya dengan yang baru. Saya tidak mau menggunakan botol baru tersebut dan terus meminta botol susu yang lama (padahal bagian dotnya sudah sangat rusak). Rupanya dari kecil pun kita sudah bisa merasakan attachment terhadap barang-barang kesukaan kita.

Barang-barang yang sudah lama kita gunakan biasanya punya emotional value tersendiri sehingga membuat kita merasa berat untuk melepaskannya.

Namun, semua pertemuan pasti ada ujungnya. Jika barang tersebut tidak lagi bermanfaat bagi kita, mengapa kita harus menyimpannya terus menerus?

No matter how wonderful things used to be, we can not live in the past. The joy and excitement we feel here and now are more important. - Marie Kondo

  • Fear of the future

Banyak dari kita yang menyimpan barang karena khawatir kita akan memerlukannya lagi di masa depan. Saya kemarin baru saja membuang kotak dus ponsel-ponsel yang saya pakai bahkan dari jaman SMP. Dulu yang saya pikirkan adalah saya harus menyimpannya siapa tahu saya ingin menjual ponsel tersebut di masa depan. Namun bahkan sampai sekarang pun, saya tetap tidak pernah memerlukan kotak-kotak ponsel tersebut.

Barang-barang yang kita anggap memiliki functional atau informational value biasanya memang sulit untuk dilepaskan. Namun, sering kali value tersebut sebenarnya hanyalah ketakutan kita saja. Saat akhirnya melepaskan barang-barang tersebut, saya biasanya justru merasa beban saya jadi berkurang.

Take each item in one’s hand and ask: “Does this spark joy?” If it does, keep it. If not, dispose of it - Marie Kondo


Nah, konfliknya kemudian timbul ketika kita kehilangan barang-barang yang masih memancarkan kebahagiaan tersebut. Bagaimana kita harus bersikap? Bagi saya, 3 hal berikut sudah cukup untuk mengatasinya:

  • Take action

Take action adalah bentuk tanggung jawab kita sebagai pemilik barang tersebut. Ketika kehilangan tersebut tidak terencana, maka kita bertanggung jawab untuk paling tidak melakukan sesuatu untuk mengatasinya.

Ketika hehilangan botol minum di kereta waktu itu, saya menanyakan ke pihak pengelola stasiun siapa tahu ada yang menemukannya. Meskipun ternyata tidak ditemukan, melakukan hal tersebut membuat saya lega karena saya merasa sudah melakukan yang terbaik untuk bertanggung jawab atas kehilangan tersebut.

  • Appreciate

Make your parting a ceremony to launch them on a new journey. - Marie Kondo

Sama seperti ketika kita dengan sengaja menyingkirkan suatu barang, kehilangan juga merupakan suatu perpisahan yang patut kita hargai. Berterima kasih pada barang tersebut karena telah melakukan fungsinya dengan baik selama ini dan mendoakan semoga pemilik barunya kini akan mengapresiasinya lebih baik dari yang kita lakukan.

  • Focus on function

Meskipun punya sentimental value, saya yakin suatu barang berharga karena ada manfaatnya. Ketika manfaat tersebut tidak kita dapatkan lagi karena barangnya hilang, maka kita hanya perlu berfokus untuk menggantikan fungsinya dengan barang lain yang memiliki fungsi yang sama.

Namun pasti akan lain halnya jika nilai barang tersebut terlalu tinggi untuk kita ganti dengan yang lain atau bahkan yang baru. Untuk hal itu, saya juga masih perlu belajar untuk merelakannya.


Tentu, memberikan sedikit ruang untuk merasakan penyesalan setelah kehilangan tersebut memang wajar dan alami sekali untuk kita rasakan. Namun, tentu tidak perlu berlarut-larut untuk menyesali kejadian yang telah terjadi. Hidup kita tentu lebih berharga dan lebih patut diapresiasi dibandingkan hal-hal yang sifatnya material tersebut, bukan? (: