Tetap bahagia meski ditinggal teman wisuda

image credit : http://www.voxmagazine.com/

I feel you guys. Jadi mahasiswa memang bukan pekerjaan mudah. It indeed quite depressing sometimes. Beberapa waktu yang lalu saya bahkan sempat membaca sebuah majalah yang menyatakan bahwa 41% mahasiswa mengalami gangguan mental selama menjadi mahasiswa. Meskipun begitu, gangguan mental disini bukan semata-mata berarti menjadi gila ya (dude, please!).

Ada banyak tekanan di lingkungan kampus yang sedikit banyak berpengaruh terhadap kesehatan mental kita. Tidak hanya permasalahan pada dunia perkuliahan, society di lingkungan kampus juga sedikit banyak mempengaruhi kondisi mental kita sehari-hari. Itulah mengapa, menjaga kondisi mental agar tetap stabil selama menjadi mahasiswa menjadi satu topik penting yang seharusnya tidak kita anggap remeh.

Apalagi saat memasuki masa-masa tugas akhir. Masa dimana mahasiswa rentan sekali dengan perasaan cemas, gelisah, rasa iri, bahkan depresi. Ditambah lagi, saat teman-teman seangkatan (atau bahkan sahabat karib kita) mulai mempersiapkan hari wisudanya sedangkan kita masih berkutat dengan tugas akhir. Lalu bagaimana kita, sebagai yang ditinggalkan tetap merasa bahagia meskipun ada tawaran dari perasaan cemburu untuk merasuki emosi kita? Well, saya merangkum 5 kiat menjaga kesehatan mental agar tidak tergoyahkan oleh tendensi emosi negatif di masa seperti ini :

  • Jangan membayangkan kebahagiaan orang lain

Saat melihat teman mengenakan toga di hari wisudanya, kita terkadang membayangkan betapa bahagianya jika kita yang berada di posisi itu. Hapuslah bayangan itu dari pikiran kalian! Ada sebuah penelitian yang menyatakan bahwa pikiran yang berkeliaran menandakan pikiran yang tidak bahagia. Pikiran yang berkeliaran tersebut adalah sebab dari rasa cemburu. Saat pikiran kita membayangkan betapa bahagianya orang lain berada dalam suatu situasi, hal tersebut akan menyebabkan suatu keinginan dari dalam diri kita untuk berada dalam situasi yang sama agar ikut merasakan kebahagiaan seperti yang dibayangkan. Yang mana, ketika kita kembali ke kenyataan dan tidak menemukan keadaan yang sama, hal tersebut akan menimbulkan benih-benih emosi negatif yang timbul akibat dari pikiran kita sendiri. Tariklah napas yang panjang. You’ll soon experience that moment too. Ini waktunya kita berbahagia atas kebahagiaan teman kita. (:

  • Mencari kambing hitam atas keadaan kalian

Mungkin memang ada beberapa faktor yang membuat kalian belum juga selesai menamatkan tugas akhir. Tapi menyibukkan diri untuk mencari siapa yang salah tidaklah membuat keadaan menjadi lebih baik. Saat suatu keadaan tidak diinginkan terjadi, berhentilah mencari siapa yang bersalah, tapi mulailah berpikir untuk menyelesaikan permasalahannya.

Take responsibility but do not blame yourself!

  • Buatlah rencana sendiri

Saat kalian sudah memiliki rencana sendiri, maka tak ada lagi perasaan iri yang merasuk ketika melihat teman-teman lain sudah mulai menjalani tahapan kehidupan yang selanjutnya.

Get something on your plate so other people’ plate won’t make you envy anymore.

Saya tau topik ini merupakan salah satu topik sensitif yang tidak banyak diperbincangkan secara umum apalagi di lingkungan kampus. Teman-teman kalian akan membagikan status tentang persiapan sidang akhir atau wisudanya tapi saya yakin tak satupun dari mereka yang memasang status betapa putus asanya ia mengerjakan tugas akhir. Because no one want to talk about their mental slump in public. Maka dari itu saya membagikannya lewat tulisan, agar kalian bisa membacanya sendiri-sendiri serta merenungkannya.

Btw, happy graduation for all my fellow friends out there! Wish you all have a bright future along your way. (: